20191121_171412_0000
“He wong-wong kang podho iman..! siro kabeh podho wedi yo ing Allah Ta’ala, lan saben-saben awak-awakan mesti kudhu niti-niti, amal-amal opo kang arep diajokake (digol-golake) kanggo ngadepi dino kiamat mbesuk. Lan siro kabeh kudu wedi yo ing Allah Ta’ala! Temenan Allah Ta’ala waspodho, mirsani opo-opo kang siro kabeh podho nindakake”
(Al-Ibriz, QS. Al-Hasyr: 18)
Amal baik ” ” تَعْمَلُؤنَpada Tafsir Al-Ibris ini dijelaskan bahwa manusia harus senantiasa beramal (baik) untuk mempersiapkan bekal akhirat. Sebagaimana fitrahnya umat muslim, berbuat baik merupakan suatu kewajiban karena sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri yang senantiasa diwahyukan kepada Rasulullah. Menyikapi hal itu Rasulullah pun menjelaskan kebaikan itu seperti apa dan bagaimana cara kita sebagai muslim untuk berbuat baik menurut Al-Qur’an.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
Qur’an surah Al-Hasyr ayat ke 18 pada tafsir Al-Ibris ini menjelaskan bahwasanya orang-orang yang beriman pastilah takut kepada Allah. Setiap orang haruslah juga memperhatikan amal perbuatan apa yang akan diserahkan kepada Allah dan untuk menghadapi hari kiamat nanti. Perbuatan-perbuatan yang kita lakukan pasti akan dipertanggungjawabkan. Sekali lagi, kita semua haruslah takut kepada Allah untuk menunjukkan seberapa tebal keimanan kita. Sangat dibenarkan bahwa Allah Maha melihat setiap apa-apa yang kita semua lakukan.
Amal-amal opo kang arep diajokake, pada tafsiran Bisyri Mustofa dimaksudkan untuk manusia memikirkan ibadah atau amal seperti apa yang kita tunjukkan kehadapan Allah. Seperti halnya yang dicontohkan Rasulullah menurut Al-Qur’an salah dalam surah Al-Baqarah ayat 177. “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”
Amal yang digol-golake menurut Bisyri Mustofa tentu perbuatan yang baik. Beliau menegaskan bahwa setiap perbuatan harus mempunyai nilai yang berarti untuk menghadapi hari akhir. Seperti halnya tentang perbuatan-perbuatan keseharian yakni: Beriman. Beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi. Suka Infak, Dermawan. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya. Taat Ibadah. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Menepati Janji. Menepati janjinya apabila ia berjanji. Sabar. Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan.
Terdapat pada Tafsir Ibnu Katsir bahwasanya hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggungjawaban, dan perhatikanlah apa yang kamu tabung (yang pada tafsir Al-Ibris ini ditekankan dengan kata digol-golake) buat diri kalian berupa amal-amal saleh untuk bekal hari kalian dikembalikan, yaitu hari dihadapkan kalian kepada Tuhan kalian. Bertakwalah kepada Allah.ketahuilah oleh kalian bahwa Allah mengetahui semua amal perbuatan dan keadaan kalian, tiada sesuatu pun dari kalian yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sesuatu pun baik urusan yang besar maupun kecil dari mereka yang luput dari pengetahuan-Nya.
Sebagaimana juga dilansir oleh Ahmad Rifai dalam jurnalnya yang berjudul Kebaikan Dalam Perspektif Islam Dan Filsafat. Ahmad Rifai menegaskan bahwa kebaikan menurut perspektif akhlaq salah satunya adalah taqwa. Perilaku taqwa pada dasarnya adalah perilaku yang selalu menciptakan amal-amal sholeh, dan selalu menghindari amal-amal buruk. Oleh karena itu, nilai amal sangat bergantung pada niat batinnya, maka peranan kesadaran diri yang terakses kepada Allah, atau peranan keimanan menjadi teramat penting bahkan menjadi podasi dari segala perilaku.
Zaman sekarang, banyak sekali perbuatan-perbuatan baik yang bisa dilakukan. Diantaranya memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya, mendirikan sholat tepat pada waktunya dengan khusyu’ yang sesuai dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya dan menepati janji bagi mereka yang telah mengucapkan janji, entah itu janji kepada Allaah SWT (seperti sumpah dan nazar) maupun janji kepada sesama makhluk-Nya. Lalu, dengan alasan seperti apa lagi kita menghindar bahwa melakukan kebaikan itu sulit?
Sesungguhnya tidak ada kesulitan apabila ada niat yang tulus dari hati untuk senantiasa berbuat baik. Ada banyak kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk menebarkan kebaikan seluas langit dan bumi, selama waktu 24 jam perhari, bahkan yang lainnya pun masih banyak dan tak terhitung. Kepada sesama manusia, kepada sesama makhluk Allah (hewan dan tumbuhan), juga kepada lingkungan. Dan apabila kita berbuat baik, pasti kebaikan itu juga akan kembali kepada diri kita sendiri.
Amal yang kita kerjakan semata-mata haruslah untuk Allah, tidak ada yang patut kita banggakan apabila semua kebaikan yang kita lakukan adalah atas izin-Nya. Dimulai dari beribadah, bersikap dan berperilaku, dan menyikapi masalah semua harus kita pasrahkan kepada Allah, kita hanya bisa berusaha melakukan kebaikan. Ingatlah bahwa Allah Maha Melihat dan Mendengar, jadi kebaikan sekecil apapun pasti tidak luput dari pengawasan-Nya. Untuk hasil akhir biarlah Allah yang menentukan.

Explore More

Perintah Bershalawat Kepada Nabi Muhammad SAW dalam Al- Qur’an Surah Al- Ahzab Ayat 56

oleh miftakhul jannah اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦ “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah

Kisah Ashabul Kahfi dalam Tafsir Al-Ibriz

Tafsir al-Ibriz adalah kitab tafsir yang ditulis oleh KH. Bisri Mustofa kurang lebih selama empat tahun yakni mulai dari tahun 1957-1960 dan selesai pada hari Kamis tanggal 29 Rajab 1379