Setiap perbuatan yang dilakukan oleh hamba Tuhan di dalam dunia ini pasti memiliki tanggung jawab yang akan diterimanya di akhirat kelak, entah itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Tanggung jawab atau balasan yang akan diterima di akhirat sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan di dunia ini. Oleh karena itu Allah memerintahkan malaikat untuk mencatat setiap perbuatan baik maupun buruk yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya. Seperti yang kita semua ketahui bahwasannya sudah menjadi kewajiban sebagai seorang muslim untuk mengimani bahwa akan adanya hari akhir, oleh karenanya hal tersebut menjadi bagian dari salah satu rukun iman.

Pada hari akhir yang telah kita imani itulah pembalasan atas segala perbuatan yang dilakukan di dunia ini akan diberikan oleh Tuhan kepada tiap-tiap hamba-Nya yang mana semua itu telah tercatat di dalam buku catatan amal. Di dalam ayat-ayat al-Qur’an telah menjelaskan juga mengenai hisab, yang mana Tuhan sendirilah yang akan menghisab tiap-tiap jiwa hamba-hamba-Nya. (Kana Rizqina, Skripsi 2018). Seperti halnya dijelaskan pada al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 71-72.

يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا  

Artinya: “(Ingatlah) suatu hari (Yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan memba­ca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”

Dijelaskan oleh M. Quraish Shihab di dalam kitab tafsirnya yakni Tafsir al-Mishbah bahwasanya ayat tersebut menjelaskan pada suatu hari yakni hari kiamat Allah. SWT akan memanggil seluruh umat-Nya beserta para pemimpinnya melalui malaikat. Setelah seluruh umat tersebut berkumpul menjadi satu kemudian Allah memberikan catatan amal perbuatannya ketika berada di dunia. Jika seorang umat tersebut ketika di dunia mata hatinya terbuka untuk selalu bertakwa kepada Allah dan selalu melakukan amal baik maka golongan tersebut akan menerima catatan amalnya menggunakan tangan kanan. Dan golongan orang-orang yang ketika hidup di dunia ini dapat membuka mata hatinya secara baik dan benar maka di akhirat kelak golongan tersebut akan mendapatkan kedudukan yang tinggi derajatnya dan juga mereka akan selalu membuka catatan amal perbuatannya tersebut berulang kali karena mereka semua gembira atas apa yang mereka lihat.

Kemudian nasib golongan yang mata hatinya tertutup ketika hidup di dunia ini dengan kesesatan dan kedurhakaan yang mereka perbuat kepada Tuhannya maka di akhirat kelak mereka akan lebih buta dari pada di dunia serta mereka akan tersesat dari jalan yang benar, hal tersebut dikarena setiap umat akan menerima ganjaran sesuai dengan keadaan mereka ketika hidup di dunia. Sesungguhnya kesesatan yang dialami oleh umat manusia ketika berada di dunia ini masih dapat menemukan jalan yang benar jika umat tersebut benar-benar ingin insaf. Akan tetapi jika umat tersebut ketika di dunia tidak insaf maka akan mendapat kesesatan pula di akhirat, dan sesungguhnya kesesatan di akhirat tidak akan ada lagi peluang serta kesempatan untuk memperbaiki perbuatan dirinya. Dan golongan tersebut akan menerima catatan amalnya menggunakan tangan kiri, akan tetapi setelah menerima catatan tersebut mereka semua enggan untuk membacanya bahkan mereka semua berharap agar catatan tersebut tidak pernah mereka kenal serta tidak ingin orang lain mengetahuinya.

Dijelaskan juga mengenai reaksi orang-orang yang berdosa ketika mendapatkan catatan amal perbuatannya semasa hidup di dunia, hal tersebut dijelaskan di dalam al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 49:

وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا

Artinya: ”Dan di letakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang juapun.”

Dijelaskan pada saat waktu penghitungan amal telah tiba maka seluruh umat manusia dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat yakni padang Mahsyar. Kemudian mereka semua akan menerima catatan amal perbuatan yang telah mereka semua lakukan ketika berada di dunia yang mana golongan dari orang-orang yang beriman serta melakukan amal saleh akan bergembira ketika menerima catatan tersebut. Sedangkan golongan orang-orang pendurhaka dan kerap melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah baik orang-orang musyrik maupun muslim mereka semua merasa ketakutan terhadap apa yang telah tertulis di dalam catatan amal perbuatan yang mereka dapatkan. Pada saat itu juga mereka tersadarkan bahwa mereka semua akan mendapat siksa dari Allah, kemudian golongan tersebut berulang-ulang kali mengucapkan: “Hai kecelakaan kami hadirlah. Kami tidak dapat mengelakkan kehadiranmu. Sungguh aneh, kitab apakah ini yang sangat rinci serta benar isinya dan tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar dari amal-amal manusia dan dosa-dosanya, melainkan ia menghitung dan mencatat semuanya.” Yang mana disaat itu juga mereka mendapati segala yang telah mereka semua kerjakan telah tertulis dan hadir di hadapannya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya seorang pun, bahkan Allah memaafkan serta memberi ganjaran kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. (M. Quraish Shihab, 2002).

Dapat disimpulkan bahwasanya segala perbuatan yang dilakukan di dunia ini baik ataupun buruk, kecil ataupun besar, akan dicatat dan akan diberikan di hari kiamat kelak serta akan dimintai pertanggung jawaban. Segala kesalahan atau perbuatan di dunia ini dapat diampuni oleh Allah selama kita semua masih berada di dunia dan mau bertaubat serta memohon ampun kepada-Nya. Semoga kita semua kelak termasuk golongan orang-orang yang menerima catatan amal perbuatan dengan menggunakan tangan kanan kita, Aamiin.

Wallahu a’lam bishawab.

@ Soheb Nurhafid – IAT Semester 6

Explore More

KONSEP AN-NAUM DALAM AL-QURAN PERSPEKTIF TAFSIR AL-IBRIZ

Mengenal Naum Naum (tidur) secara etimologi dalam lisan arab berarti ngantuk (nu’as). Tidur apabila seseorang telah berabring disebut ruqud. Sedangkan secara terminology tidur dapat diartikan suatu kondisi seseorang yang tidak

Munafik dalam Tafsir Al-ibriz

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ ۖ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ Anggono wong-wong murtad munafik den sasarake syetan mau, sebab deweke podho celathu marang wong-wong

HIJAB

Oleh Muhammad Bahrul Nur aziz یٰأَٓیَھُّاَ ٱلنبَّىُِّ قلُ لِّأزَْوَٰجِكَ وَبنَاَتكَِ وَنسَِاءِٓ ٱلْمُؤْمِنیِنَ یدُْنیِنَ عَلیَْھِنَّ مِن جَلٰبَیِبھِِنَّ ذَٰلكَِ أدَْنىَٰٓ أنَ یعُْرَفْنَ فلََا یؤُْذَیْنَ وَكَانَ ٱﻟﻠہَّ غَفوُرًا رَّحِیمًا “Hai Nabi, katakanlah kepada