Oleh Soheb Nur hafid

Mahluk Allah yang berada dalam golongan manusia diturunkan kebumi oleh-Nya bukan semata-mata karena telah melanggar apa yang dilarang Allah ketika berada di surga, akan tetapi tujuan Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi. Manusia diperintahkan untuk mengelola bumi dengan diberi ketentuan-ketentuan berupa perintah dan larangan. Oleh karena itu segala perbuatan baik atau buruk, kecil atau besar yang dilakukan oleh manusia ketika berada di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Kita yang Insya Allah termasuk dari golongan orang-orang yang beriman harus selalu menjaga jasmani maupun rohani kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. Lantas bagaimana jika terdapat orang-orang yang telah melanggar perintah Allah, apa yang mereka dapat ketika di akhirat kelak??
Seperti yang sudah di firmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2): 27. “Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi”. Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir [1] bahwa sebagian ahli tafsir menjelaskan mengenai kata ‘perjanjian’ tersebut sebagai wasiat dan perintah Allah yang disampaikan kepada mahluk-Nya melalui kitab-kitab serta para Rasul-Nya untuk senantiasa taat terhadap Allah, selalu mengindahkan apa yang telah diperintah oleh-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang telah dilarang oleh Allah. Pelanggaran yang dimaksutkan dalam hal ini adalah pengabaian atas pengamalannya.
Sedangkan sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa mereka semua yang dimaksut dalam ayat ini berasal dari golongan orang-orang ahli kitab yang mana mereka semua telah melanggar perjanjian yang sudah dijelaskan dalam kitab Taurat, yakni perjanjian untuk senantiasa mengamalkannya serta mengikuti Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah. Akan tetapi mereka semua mengingkari semua itu setelah mengetahui hakikatnya serta menyembunyikan segala pengetahuan yang telah mereka ketahui dari umat manusia. Padahal mereka semua sudah berjanji akan menjelaskan kepada seluruh manusia serta tidak akan menyembunyikannya. Hal demikian yang membuat mereka kelak merugi serta menyesali atas apa yang telah mereka lakukan, sesungguhnya pada hari kiamat kelak mereka semua sangat membutuhkan rahmat dari Allah.
Firman Allah yang lain dalam Al-Qur’an surat al-Mukmin (40): 11 “Mereka menjawab: YaRab kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pulak), lalu kami mengakuidosa-dosa kami. Maka, adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”.Dijelaskan dalam tafsir Quraish Shihab [2] maksut dari Allah telah mematikan mereka dua kali adalah mati dari kehidupan di alam dunia dan mati dari kehidupan di alam barzah. Sedangkan maksud dari dihidupkan dua kali adalah hidup ketika di dunia serta hidup setelah bangkit dari alam kubur. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa mereka semua menyesali atas perbuatan yang telah mereka lakukan ketika berada di dunia. Setelah merasakan siksaan yang mereka dapatkan di neraka lalu mereka meminta jalan keluar (dari neraka). “Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya” QS Al-Baqarah (2): 211, oleh karena itu kita harus senantiasa berusaha melakukan perbuatan amal baik, selalu berusaha melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
Setelah membaca tulisan ini maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya manusia hidup memiliki pekerjaan yang harus dilakukan terhadap Allah, apapun yang dilakukan semasa di dunia akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Ketika manusia memiliki amal baik maka mereka akan ditempatkan di surga-Nya, akan tetapi jika amal perbuatannya semasa hidup di dunia buruk maka mereka akan mendapat siksaat di neraka-Nya. Setelah orang-rang yang mendapat siksa di neraka, maka pastilah mereka akan menyesalinya atas perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Tetapi penyesala di akhirat kelak tidak akan mampu mengubah atau menolongnya, oleh karena itu mari kita melakukan amal baik supaya tidak menyesal di hari kemudian.
Wallahua’lambishawab.
 


[1]Ishaq Al-Sheikh, TafsirIbnuKatsirJilid 1,Terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta, Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003), hlm 93.
[2]Tanpanama, “Qur’an Surat Al-Mu’minAyat 11”, diaksesdarihttps://tafsirq.com/40-al-mumin/ayat-11,  padatanggal 22November 2020, pukul 10.53
 

Explore More

KONSEP AN-NAUM DALAM AL-QURAN PERSPEKTIF TAFSIR AL-IBRIZ

Mengenal Naum Naum (tidur) secara etimologi dalam lisan arab berarti ngantuk (nu’as). Tidur apabila seseorang telah berabring disebut ruqud. Sedangkan secara terminology tidur dapat diartikan suatu kondisi seseorang yang tidak

Pemilu di Tengah Pandemi ? Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Oleh Fahrul Munir فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ

CINTA DALAM Al-QUR’AN (Menurut Bisri Mustofa Dalam Tafsir Al-Ibriiz)

Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang diberi anugerah berupa cinta. Cinta yang diberikan Allah terhadap makhluknya merupakan bukti kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Cinta yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya hanyalah