20191205_121413_0000
Sayekti utusan kang nyekseni siro kabeh iku utusan saking awak-awaan iro dhewe lan bangsa-bangsa iro dhewe, ora saking bongso liyo ora saking jin lan ora saking Malaikat, utusan mau keroso abot banget ngerasaake kepayahan iro kabeh lan lobo banget (nemen kepingin) supoyo siro kabeh podho oleh pitidhuh, lan banget welas asihe marang siro kabeh, tegese tansah kepengen supoyo siro kabeh dadi bagus. (128) (Al-Ibriz)
Menowo wong-wong Mekkah khususe tetep podho mengo saking iman marang siro Muhammad, iyo dhawuho, kang paring kacukupan ingsun namung Allah Ta’ala dhewe, ora ono pangeran kang sejati kejobo namung Allah Ta’ala dhewe, namung marang panjenengane, ingsun pasrah, iyo Allah Ta’ala iku Dzat kang Mangerani ‘Arsy kang agung, Wallahu a’lam. (129) (Al-Ibriz)
Sekarang ini sangat banyak sekali orang yang suka dalam mengamalkan dari kedua ayat surah At-Taubah ayat terahir tersebut, akan tetapi mereka yang mengamalkan ayat tersebut tidak mengetahui apa maksut penjelasan dari kedua ayat terseut. Mereka mengamalkan hanya untuk mengabil manfaatnya saja. Oleh karena itu disini peneliti akan menjelaskan pengertan dari kedua makna dari ayat tersebut.
Dari surat At Taubah ayat 128 tersebut menjelaskan bahwa Allah sudah mengutus utusan-Nya (Muhammad). Utusan tersebut bukan dari golongan jin yang terbuat dari api, serta bukan pula dari golongan Malaikat yang terbuat dari cahaya, melainkan dari golongan manusia sendiri yang terbuat dari tanah. Rasulallah tersebut merasakan penderitaan yang dirasakan oleh orang-orang Mekah dan Rasul sangat menginginkan supaya seluruh manusia untuk mendapatkan pertolongan, serta sangan belas asih kepada semua manusia dan menginginkan semua manusia menjadi baik.
Sedankan dalam ayat 129 menjelaskan apabila orang-orang khususnya orang-orang Mekah tersebut tidak iman kepada Rasulallah yaitu Muhammad, maka Nabi Muhammad berkata kepada mereka, sesungguhnya yang memberikan kecukupan kepada kalian semua itu hanyalah Allah Ta’ala. Tidak ada tuhan selain Allah Ta’ala, hanya kepada Allah-lah kalian menyerahkan diri. Karena Allah Ta’ala itu adalah Zat yang Menuhani ‘Arsy yang agung.
“Sungguh telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara dirimu sendiri.”(Pangkal ayat 128). Menurut jumhur ahli-ahli Tafsir yang dimaksut kepadamu disini adalah orang-orang Arab. Pada saat itu bangsa Arab bangsa Qurais khususnya bangsa yang ummi. Lalu Allah memberikan nikmat kepadanya, kenikmatan ini bahwasannya Allah telah mengutus utusan-Nya yang berasal dari golongan mereka sendiri. (Tafsir Al-Azhar)
Az Zajjaz menafsirkan bahwa yang dimaksut dengan kamu disini ialah seluruh umat manusia. Karena Allah mengutus Rasul bukan hanya untuk orang Arab saja, melainkan untuk semua orang yang berada di muka bumi ini.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan atau diambil jalan tengahnya bahwa memang benar jika Rasul diutus oleh Allah pada saat itu berada dikalangan bangsa Arab. Akan tetapi tujuan Allah mengutus Rasul untuk mengajarkan kebaikan tidak hanya orang Arab saja, melainkan seluruh umat manusia yang berada di muka bumi ini.
“Berat baginya apa yang kamu susahkan” maksut dari kata tersebut bahwa Rasul merasakan berat apabila melihat umatnya dalam keadaan miskin atau menjadi jajahan orang asing. Beliau merasakan berat apabila melihat umatnya celaka ketika berada di dunia dan sengsara pula ketika berada di ahirat. Semua itu dapat dibuktikan di dalam sabda-sabda beliau, baik sabda tersebut untuk perseorangan sahabat Rasul, maupun kepada keseluruhan. Rasul pernah berpesan bahwasannya kelak jumlah golongan umat Rasul akan menjadi berbagai golongan, seperti banyaknya buih ketika sedang dalam keadaan banjir, akan tetapi mereka semua lemah walau mempunyai banyak golongan. Sehingga mereka diambang kehancuran dari dalam diri mereka sendiri, seperti halnya kayu yang dimakan bubuk. Semua itu disebabkan karena mereka semua cinta kepada dunianya sehingga menjadikan mereka semua takut menghadapi kematian. (Tafsr Al Azhar)
Dalam tafsir Bisri Mustofa kata “lobo banget (nemen kepingin) supoyo siro kabeh podho oleh pitidhuh” itu sama dalam tafsirnya Hamka yakni Perhatian Rasul siang dan malam hanya tertuju kepada umatnya supaya mereka baik, memerhatikan bagamana supaya mereka maju, selamat dari hubungan umatnya dengan Tuhan dan selamat juga hubungan sesama manusia.
Kedua sikap tersebut yang yang menentukan sikap dan gerak langkah dari Rasul, dan kedua sikap tersebut diiringi dengan dua perasaan Rasul kepada umatnya yang sangat mulia, yaitu belas kasih dan penyayang. Di dalam ayat ini, kedua sifat ini disebutkan oleh Allah berada di dalam diri Muhammad SAW.
“Maka jika sekiranya mereka berpaling, maka katakanlah cukuplah bagiku Allah.” (Penggalan ayat 129). Dari penggalan ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad bahwa jangan terlalu membeban diri sendiri atas sikap dari kaum-kaumnya yang tidak menerima segala perjuangannya. Dalam penggalan ayat tersebut Allah nengatakan kepada Muhammad bahwa hanya Allah yang selalu menerimamu, yang selalu menyayangimu, dan hanya Allah yang melindungimu. (Tafsir Al Azhar)
“Tidak ada tuhan melainkan Dia”. Aku tidaklah menyembah tuhan selain Allah dan aku tidak pernah mengharapkan apapun dari yang lain selain Allah. Karena yang aku harapkan hanyalah ridho Allah. Aku tidak pernah takut kepada siapapun, sebab tempatku takut hanyalah kepada Allah.
“Dan Dia adalah yang empunya ‘Arsy yang besar”. (Ujung ayat 129). ‘Arsy yang besar berarti bahwa hanya Allah lah yang menguasai segala-segalanya, yang mengatur, serta mengendalikan seluruh alam semesta ini.
Intisari dari kandungan surat ini adalah menerangkan peristiharaan dari Allah dan Rasul-Nya untuk kaum Arab dan ditegaskan bahwa mereka telah melanggar perjanjian antara mereka dengan Rasulullah. Maka perjanjian itu dibatalkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan kaum arab diberikan waktu 4 bulan untuk menerima Islam. Jikalau mereka semua tidak menerima Islam maka mereka semua akan dimusnahkan. Surah ini juga menandakan rahasia kaum munafik yang hanya berpura-pura Islam di mulutnya saja, sedangkan hati mereka tetap menjadi kafir. Oleh karena itu awalan surah ini tidak disertai dengan bacaan basmalah.
Kontekstualisasi di masa sekarang ini sangat banyak dari berbagai kala