(Faidah) Kanjeng Nabi nate kedadiyan disihir wong, sihire pancen mandi banget nuli Kanjeng Nabi kedhawuhan maos ta’awudz kasebut. Lan ugo kasebut ta’awudz ing surat An Nas.
Setiap masa kehidupan manusia yang berkaitan dengan berbangsa, bernegara, berketuhanan maupun berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, tidak pernah terlepas dengan sebuah perselisihan atau permasalahan, baik itu perselisihan antar sesama manusia atau makhluk Tuhan lainnya.
Oleh karena itu, Allah memerintah manusia untuk meminta perlindungan kepada Allah yang menguasai makhluk, baik itu jin dan manusia, sebagaimana terdapat pada awal surah Al Muawidzatain. Lalu bagaimana cara kita mencari perlindungan kepada Allah melalui Al Qur’an ?
Surah Al Muawidzatain secara tekstual sebenarnya telah memerintahkan manusia untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Penafsiran para ulama dalam kedua surah ini bersifat global, karena kedua surah ini termasuk kedalam kategori surah yang terdiri dari ayat-ayat muhkam. Walaupun dalam penafsirannya nanti, pasti ada tambahan-tambahan terhadap kata yang memang memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Sebagaimana terdapat dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir kata إِذَا وَقَبَ dalam QS Al falaq penafsiran ayat tersebut terjadi ikhtilaf diantara ulama’, yakni bukan diterjemahkan “malam gelap gulita” akan tetapi diterjemahkan sebagai “terbenamnya bulan”, diantara ulama’ yang mengartikan demikian seperti At Tirmidzi, An-Nasa’I, Aisyah Dll.
Kitab Tafsir Jalalain memakai keduanya yaitu “dari kejahatan malam apabila telah gelap dan dari kejahatan waktu purnama apabila terbenam”. Adapun yang dipakai dalam Tafsir Al Ibriz adalah malam gelap gulita yang terlihat dari kata “ Lan sangking awonipun wekdal dalu naliko peteng”.
Kemudian dalam QS An-Nas kata الْخَنَّاسِ KH. Musthofa Bisri memberikan tambahan keterangan “Mulo syetan iku disifati Al Khonnas kang ateges maju mundur, jalaran syetan iku, tansah anggubel atine menungso Nanging yen menungso dzikir marang pengeran, syetan nuli mlayu. Mengko yen leren dzikire, syetan iyo nuli anggubel maneh. Mengkono sak banjure.Wallahu a’lam bisawwab”.
Dari pemaparan tersebut mengingatkan kita sebagai hamba Tuhan yang dhaif untuk berdzikir kepada Allah agar senantiasa mendapatkan perlindungan dari-Nya. Ketika menjalani kehidupan di dunia pasti akan ada saat dimana manusia itu akan mengalami lalai atau lengah dalam berdzikir kepada-Nya. Jadi hendaklah manusia berdoa kepada Tuhan untuk memohon perlindungan dari-Nya.
Asbabun Nuzul :
Sepulangnya Rasulullah SAW dari perang khaibar memerangi orang-orang Yahudi karena menang. Orang-orang Yahudi lalu mendatangi tukang sihir yang terkenal, yang juga merupakan orang Yahudi sebutannya Lubaid. Tidak terlalu lama setelah Lubaid bekerja, Rasulullah SAW jatuh sakit. Kurang lebih 40 hari sakitnya. Ketika hendak tidur Nabi mengetahui ada dua malaikat, yang satu berada diatas kepala dan yang satu berada dibawah kaki, lalu melakukan tanya jawab.
Soal (S) : Kenapa Nabi Muhammad ini ?
Jawab (J) : terkena sihir,
(S) : Siapa yang menyihir ?
(J) : orang Yahudi sebutannya Lubaid.
(S) : ketika menyihir menggunakan apa ?
(J) : menggunakan rambut Muhammad yang rontok , dan serpihan suri Muhammad,
(S) : diletakkan dimana ?
(J) diletakkan di pucuk kurma, lalu ditindihi batu didalam sumur dirwan. Rasulullah lalu bangun dan memanggil Sayyidina Ali, Zubair, dan Amr bin Yasir, diperintahkan mencari pucuk kurma yang berisi sihir Lubaid. Setelah sumurnya dikuras apa yang diberitahukan malaikat tadi benar. Ada dibawah batu didalam sumur, ada di pucuk kurma, yang berisi rontokan rambut Rasulullah dan bekas potongan suri Rasulullah, bekas sinting gendaiwa (tali busur) yang digunakan untuk memanah.
Sinting itu (tali) diikat dengan sebelas ikatan, lalu ada lagi malam yang dibentuk dengan tubuh Rasulullah, malam mini ditusuk sebelas jarum. Lalu pucuk kurma diberikan kepada Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah mendapatkan wahyu dua surah yang jumlah ayatnya ada sebelas yaitu surah Al Falaq dan Surah An Nas. Ketika kedua surah dibacakan didepan pucuk kurma.
Setiap dibacakan satu ayat, ikatan pada tali terbuka, jarum yang ditancapkan pada malam terlepas, sakit yang diderita Rasulullah sembuh setelah selesai membaca kedua surah, ikatan tali terbuka semua, dan semua jarum terlepas, Rasulullah sembuh total seperti tidak pernah sakit seperti kemarin-kemarin (Misbah Musthafa, Tafsir Juz Amma).
Tafsir Al Ibriz memberikan tambahan penjelasan berupa perintah untuk membaca kedua surah (Al Falaq dan An Nas) untuk menggunakannya sebagai doa ketika terkena sihir sebagaimana berikut : (Faidah) Kanjeng Nabi nate kedadiyan disihir wong, sihire pancen mandi banget nuli Kanjeng Nabi kedhawuhan maos ta’awudz kasebut. Lan ugo kasebut ta’awudz ing surat An Nas. Dari pemaparan penjelasan diatas menunjukkan manfaat QS. Al Falaq dan Q.S An Nas yakni : Dapat digunakan dalam perlindungan diri terhadap sihir, dari godaan syaithan dan beberapa macam bahaya, sehingga dalam periode saat ini kedua surah tersebut menjadi sebuah pengamalan rutinan dalam upaya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari sihir dari godaan syaithan maupun dari beberapa bahaya. Dan waktu pengamalan yang dilakukan orang islam pada umumnya dilakukan sebelum tidur, untuk memohon penjagaan kepada Allah pada waktu tidur. Dan pada waktu pagi dan petang.
Adapun cara pengamalan menurut hadis Imam Malik yang meriwayatkan dari Aisyah bahwasanya apabila Rasulullah SAW merasa sakit, beliau membacakan kepada dirinya Al Muawidzatain dan meniupkan. Dan ketika rasa sakitnya semakin parah, maka aku membacakan kepada beliau Al Mu’awwidzaat (Al Ikhlas, Al Falaq dan An Nas), lalu aku mengusapkan tangan beliau kepadanya dengan mengharapkan berkahnya.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Abdullah bin Yusuf dari Muslim dari Yahya bin Yahya serta Abu Dawud dari Al Qa’nabi dan An-Nasa-i. dan contoh pengamalan ini biasanya digunakan dalam kegiatan Ruqyah yang mana juga menggunakan kedua ayat tersebut dalam pelaksanaanya.
DUA SURAH PERLINDUNGAN DIRI DALAM TAFSIR AL IBRIZ(Q.S Al Falaq dan Q.S An Nas)
10/12/2019
0 Comments
Explore More
Catatan Amal Perbuatan di dalam Akhirat
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh hamba Tuhan di dalam dunia ini pasti memiliki tanggung jawab yang akan diterimanya di akhirat kelak, entah itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Tanggung jawab
BIOGRAFI KH BISRI MUSTHOFA BESERTA CONTOH PENAFSIRAN DALAM KITAB AL-IBRIZ
Tulisan ini akan sedikit memaparkan biografi serta perjalanan KH. Bisri Musthofa dalam mengawasi Al-Quran yang bernuansakan pondok. Dan juga sedikit memaparkan contoh contoh surah al-Asr 1-3 dari kitab tafsir Al-Ibriz.
METODE DAKWAH PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH
Oleh Laili Nur Hidayah ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ“Serulah (manusia)