Oleh Soheb Nur hafid IAT 5B

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)[1] dusta adalah perkataan yang tidak benar, bohong. Dewasa ini tentu sudah menjadi kebiasaan melakukan perbuatan tersebut, walaupun sudah mengetahui bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan buruk. Mungkin kita pernah menjadi korban dusta dari teman atau seseorang yang berada disekitar kita, atau mungkin kita yang menjadi pelaku dusta tersebut. Jika sudah pernah didustai oleh teman kita tentu tahu bagi mana rasannya hal tersebut dilakukan kepada kita, pasti kita akan sebal, marah, bahkan benci kepadanya. Lantas bagaimana jika seorang hamba berdusta kepada ajaran yang diberikan oleh Allah, apakah Allah akan menghukum hamba tersebut, atau akan memaafkannya? mari kita sama-sama menelaah ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang seorang hamba mendustakan ajaran Allah.

Disini kita akan mengawalinya dari QS Ali-Imran (3): 11. Firman Allah:

كَدَأْبِ ءَالِ فِرْعَوْنَ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا فَأَخَذَهُمُ ٱللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“Keadaan mereka) adalah sebagaimana keadaan kaum Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya”.

Tafsir Ibnu Katsir[2]

Makna dari ayat tersebut adalah seluruh harta kekayaan dunia milik orang-orang kafir itu tidak bermanfaat lagi bagi mereka semua, bahkan bukan hanya harta kekayaannya saja melainkan anak-anak dari mereka juga. Bagaikan seperti pribahasa ‘sudah jatuh tertimpa tangga pula’, alih-alih sudah tidak bermanfaat lagi bagi mereka semua akan tetapi malah dapat menghancurkan dan menyiksa mereka semua, seperti yang sudah dialami langsung oleh orang-orang dari golongan kaum Fir’aun serta orang-orang sebelum mereka semua. Semua itu disebabkan karena mereka semua telah mendustakan ayat-ayat Allah dan hujjah-hujjah-Nya yang dibawa oleh para Rasul. Mereka semua akan mendapatkan hukuman serta siksaan yang amat pedih dari Allah, tidak ada seorang pun yang dapat menolak siksaan yang telah diberikan oleh Allah. Sesungguhnya Allah dapat berbuat apa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tidak ada suatu perkara yang haq dan tiada Rabb selain Dia.

Selain ayat di atas, dijelaskan juga di dalam QS al-A’raf (7): 36, firman Allah:

وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱسْتَكْبَرُوا۟ عَنْهَآ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Menurut Ustadz Marwan Hadidi[3] yang dimaksut dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang tidak mengindahkan perintah serta larangan dari Allah, orang-orang yang menyombongkan diri terhadapnya dengan cara menentang aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah, maka mereka semua itu adalah orang-orang yang akan menghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya. Hal tersebut disebabkan kekafiran serta pendustaan mereka terhadap para utusan Allah, bahkan mereka melakukan perbuatan maksiat lalu mereka mengada-ngadakan kebohongan bahwa perbuatan maksiat tersebut adalah perintah dari Allah.

Semuahal yang dilakukan tersebut akan tetap berlangsung sampai tiba waktunya Allah memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawanya dengan sekeras-kerasnya agar mereka merasakan sakit yang luar biasa. Lalu sebelum para utusan Allah yakni malaikat pencabut nyawa melakukan tugasnya, mereka berkata kepada orang-orang musyrik ‘wahai kalian semua yang senantiasa mendustakan ayat-ayat Allah, mana sesembahan kalian yang dulu kalian sembah hingga kalian mendustakan Allah apakah mereka mampu menolong serta menyelamatkan kalian dari kami’. Lalu orang-orang musyrik menjawab dengan penuh kesadaran ‘semuanya telah lenyap dari kami’. Sesungguhnya mereka telah memberikan kesaksian terhadap dirinya sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.

Sebelum kita menutup pembahasan ini mari kita buka satu ayat lagi dari QS az-Zumar (39): 59. Allah berfirman:

بَلَىٰ قَدْ جَآءَتْكَ ءَايَٰتِى فَكَذَّبْتَ بِهَا وَٱسْتَكْبَرْتَ وَكُنتَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ
“(Bukankah demikian), sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri, dan kamu termasuk orang-orang yang kafir”.

Dijelaskan maksut ayat tersebut dalam tafsir Ibnu Katsir[4]bahwa telah datang kepada hamba-hamba yang menyesal ayat-ayat Allah di dunia serta telah tegak hujjah-hujjah-Nya, akan tetapi mereka semua mendustakannya serta menyombongkan diri dengan tidak mengikutinya. Sesungguhnya orang-orang yang seperti itu termasuk dari golongan orang kafir yang menentang ayat-ayat Allah.

Dapat diambil kesimpulan bahwasannya setiap perkara yang dilakukan oleh manusia ketika berada di dunia pasti akan mendapat balasan dari Allah, balasan tersebut adakalanya diberikan di dunia langsung ada kalanya juga diberikan di akhirat kelak. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa balasan dari orang-orang yang mendustakan ajaran Allah sangatlah pedih. Oleh karena itu, mari kita sama-sama memperbaiki diri kita sebaik-baiknya jangan sampai mendustakan Allah atas segala sesuatu yang sudah diperintah maupun yang dilarang-Nya.

Wallahua’lam bishawab.


[1]Tanpa nama, “KBBI Daring”, diakses darihttps://kbbi.kemdikbud.go.id/, pada tanggal 16 November 2020, pukul 20.51
[2]Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2,Terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta, Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003), hlm 15
[3]Tanpa nama, “Qur’an Surat Al-A’rafAyat 32”, diakses darihttps://tafsirweb.com/2490-quran-surat-al-araf-ayat-36.html, pada tanggal 16November 2020, pukul 22.07
 
[4]Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7,Terj. Abdul Ghoffar, (Jakarta, Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003), hlm 124

Explore More

CINTA DALAM Al-QUR’AN (Menurut Bisri Mustofa Dalam Tafsir Al-Ibriiz)

Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang diberi anugerah berupa cinta. Cinta yang diberikan Allah terhadap makhluknya merupakan bukti kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Cinta yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya hanyalah

Konsep Ulul Albab dalam al-Quran (Kajian Tematik QS Al-Imran ayat 190-191 Tafsir al-Misbah karya Quraisy Shihab)

oleh Irfatun Nadzifah Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makluk Allah yang lainnya, kesempuranaan manusia telah dojelaskan dalam QS. at-Tiin ayat 4. menurut Quraisy Shihab kesempurnaan manusia sering

Jalan Untuk Mencintai-Nya

Oleh: Siti Lailatul Fitria Dalam bahasa Arab, cinta dikenal dengan mahabbah yang berasal dadri kata ahabba-tuhibbu-mahabbatan, yang artinya mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Ada beberapa pendapat yang