Sayyid Quthub berpendapat bahwa surah al-Mulk ini bertujuan menciptakan pandangan baru bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungannya dengan Tuhan pencipta wujud. Gambaran menyeluruh melampui alam bumi yang sempit dan ruang dunia yang terbatas menuju alam langit, bahkan menuju kepada kehidupan akhirat, menuju pada makhluk selain manusia baik yang hidup di dunia seperti jin dan burung maupun di alam akhirat seperti neraka jahannam dan penjaga-penjaganya hingga mencapai alam-alam ghaib yang berbeda dengan alam nyata, yakni yang berkaitan dengan hati manusia dan perasaannya.

Sedangkan Al-Biqa’i menyatakan bahwa tujuan utama surah ini yaitu ketundukan mutlak kepada Allah SWT yang maha sempurna kekuasaan-Nya. Berdasarkan namanya, surah al-Mulk membuktikan hal tersebut karena kekuasaan mengantar kepada ketundukan, demikian juga namanya Tabarak karena yang demikian itu halnya tentulah mantap dan bersinambung keadaannya lagi melimpah anugrah-Nya yang kesemuanya mengantar kepada ketundukan.

Isi surat al-Mulk secara umum yang mana ayat 1-5 menunjukan bahwa kerajaan Allah SWT meliputi kerajaan dunia dan kerajaan akhirat. Allah berfirman:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١)الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)  الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا  ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ (٣)  ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (٤)وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (٥)

Artinya: “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (1), yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (2), yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? (3), kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah (4). Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. (5)

            Allah SWT penguasa kerajaan dunia, berarti Dialah yang menciptakan seluruh alam beserta segala yang terdapat di dalamnya. Dia pulalah yang mengembangkan, menjaga kelangsungan wujudnya, mengatur, mengurus, menguasai dan menentukan segala sesuatu yang ada didalamnya menurut yang dikehendaki-Nya. Dalam mengatur, mengurus, mengembangkan dan menjaga kelangsungan wujud alam ini, Dia menetapkan hukum-hukum dan peraturan yang dibuat untuk itu, tanpa pengecualian. Apa dan siapa saja yang tidak mau tunduk dan patuh, serta mengingkari hukum-hukum dan peraturan-peraturan itu pasti akan binasa atau sengsara.

Disamping sebagai penguasa kerajaan dunia, Allah SWT juga menguasai kerajaan akhirat yang ada setelah hancurnya seluruh kerajaan dunia. Kerajaan akhirat merupakan kerajaan abadi, dimulai dari terjadinya hari kiamat, hari kehancuran dunia, serta dibangkitkannya manusia dari kubur. Kemudian seriap makhlusk dikumpulkan di padang mahsyar untuk diadili dan ditimbang amal dan perbuatannya. Dari pengadilan itu diputuskanlah mana yang beriman dan berat amal shalihnya dibandingkan dengan kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka ia diberi balasan dengan menyediakan surga, tempat yang penuh kenikmatan. Namun sebaliknya, jika perbuatan jahat yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia lebih berat dari iman dan amal saleh yang telah dilakukannya, maka balasan mereka peroleh adalah neraka, tempat yang penuh kesengsaran yang tiada taranya. Kehidupan di akhirat, di surga maupun neraka sejatinya adalah kehidupan yang kekal. Di surga, Allah melimpahkan kenikmatan dan kebahagiaan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Sedang di neraka, Allah menimpakan siksaan yang sangat berat kepada orang-orang kafir dan berbuat jahat. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 81-82 yang artinya: “(Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (81). Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (82)”

Bahwa, Allah SWT sebagai penguasa kerajaan dunia dan akhirat, maha kuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatupun yang membandingi kekuasan-Nya dan tidak ada sesuatupun yang luput dari kekuasaan-Nya.

Kata (الموت (al-maūta/mati biasa diperhadapkan dengan (الحياة (al-Hayāh. Bahkan dalam Al-Qur’an, jumlah kata al-maūt dan yang seakar dengannya sebanyak jumlah kata al-hayāh dan seakar dengannya, yakni 145 kali. Hidup diartikan oleh sementara ulama sebagai sesuatu yang menjadikan wujud merasa, atau tahu dan bergerak. Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi, memahami kata hidup dalam Al-Qur’an sebagai sesuatu yang mengantar kepada berfungsinya sesuatu dengan fungsi yang ditentukan baginya. Misalnya, tanah, berfungsi menumbuhkan tumbuhan, jika ia gersang, Al-Qur’an menamainya mati, dan jika subur maka ia hidup. Manusia seharusnya berfungsi sebagai khalifah dan hamba Allah SWT. Jika dia merusak dan durhaka, dia tidak hidup, tetapi mati.

Kematian manusia dalam pentas bumi ini bukanlah ketiadaan. Ia masih wujud tetapi berpindah ke alam lain. Itulah salah satu yang diisyaratkan oleh kata menciptakan kematian. Hidup tidak dapat diwujudkan oleh selain-Nya dan mati tidak dapat ditampik oleh siapapun.

Ujian menyangkut hidup dan mati dipahami oleh sementara ulama dalam arti musibah kematian yang menimpa keluarga atau teman, demikian juga anugerah kehidupan serta kelahiran merupakan bahan ujian Allah SWT kepada manusia, apakah dia tabah dan sabar serta bersyukur dan berterima kasih. Ada juga yang memahaminya dalam arti Allah SWT menciptakan kematian untuk membangkitkan dan memberi kamu balasan dan menciptakan kehidupan untuk menguji kamu. Atau Allah SWT menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kamu siapa yang lebih mempersiapkan diri menghadapi kematian dan siapa yang lebih bergegas memenuhi ketaatan kepada Allah SWT.

Berdasakan ujian itu pulalah ditetapkan derajat dan martabat seseorang manusia di sisi Allah SWT. Semakin kuat iman seseorang, semakin banyak amal saleh yang dikerjakannya dan semakin tunduk dan patuhlah ia mengikuti hukum dan peraturan Allah SWT, semakin tinggi pulalah derajat dan martabat yang diperolehnya disisi Allah SWT. Sebaliknya jika manusia tidak beriman kepadanya, tidak mengerjakan amal yang saleh dan tidak taat kepadanya ia akan memperoleh tempat yang paling hina disisi-Nya. Allah SWT mengetahui siapa yang baik amalnya karena tidak dapat diketahui siapa yang terbaik bila tidak mengetahui secara menyeluruh semua yang baik, dan tidak dapat diketahui siapa yang terburuk bila tidak diketahui siapa yang buruk amalnya.

Dia maha perkasa, tidak ada sesuatu makhlukpun yang dapat menghalangi kehendaknya. Maha pengampun pada hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat kepada-Nya, dengan menyesali perbuatan dosa yang telah dikerjakannya, berjanji tidak akan memperbuat dosa itu lagi serta berjanji pula tidak akan melakukan dosadosa yang lain.

            Mengenai terciptanya tujuh langit dipahami oleh sementara ulama dalam arti planet-planet yang mengitari tata surya selain bumi, karena itulah yang dapat terjangkau oleh pandangan mata serta pengetahuan manusia, paling tidak saat turunnya Al-Qur’an. Allah SWT lah yang menciptakan tujuh lapis langit, sebagian lapisan itu berada diatas lapisan yang lain di alam semesta. Tiap-tiap lapisan itu seakan-akan terapung kokoh ditengah-tengah jagad raya, tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali temali yang mengikatnya. Tiap-tiap langit itu menempati ruangan yang telah ditentukan baginya di tengah-tengah jagad raya dan masing-masing lapisan itu terdiri atas ratusan ribu planet yang tidak terhitung banyaknya. Tiap-tiap planet berjalan mengikuti garis edar yang telah ditentukan baginya. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”

            Semua lapisan langit beserta bintang-bintang yang terdapat didalamnya tunduk dan patuh mengikuti ketentuan dan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT baginya. Dan tetaplah lapisan langit beserta bintang-bintang itu seperti yang demikian sampai kepada waktu yang ditentukan baginya.

            Penggunaan sifat ar-Rahman dalam konteks ayat diatas bertujuan mengingatkan semua pihak, bahwa ciptaan-Nya itu, baik yang terdiri dari tujuh langit maupun selainnya, benar-benar hanya karena rahmat dan kasih sayang Allah, bukan karena sesuatu yang lain. Allah tidak menciptakan untuk meraih sedikit manfaat bagi diri-Nya. Itu semata-mata adalah manifestasi dari kehendaknya untuk melimpahkan rahmat kepada mahkluk, khususnya manusia.

Allah memerintahkan manusia untuk memandang sekali lagi, sebab jika manusia memandang sesuatu hanya sekali, maka dia tidak akan dapat melihat cacat pada sesuatu itu, selama dia tidak memandanginya sekali lagi. Dia menegaskan kembali bahwa Dia telah menghias langit yang terdekat ke bumi dengan matahari yang bersinar terang pada siang hari, bulan dan bintang-bintang yang bersinar pada malam hari.

            Sebagian ulama ada yang menafsirkan dengan; Allah SWT menciptakan bintang-bintang sebagai hiasan dunia untuk menimbulkan rezeki bagi manusia yaitu dengan adanya siang dan malam dengan segala macam manfaatnya yang dapat diperoleh darinya. Rezeki yang diperoleh manusia karena adanya siang dan malam itu, ada yang menjadi sebab timbulnya kebaikan dan ada pula yang menjadi sebab timbulnya kejahatan yang dapat mengobarkan hawa nafsu jahat. Qatadah berkata: Allah SWT menciptakan bintang untuk tiga perkara: 1) Hiasan langit, 2) Alat untuk melontar setan, 3) Tanda untuk mencari petunjuk didaratan, lautan dan untuk mengetahui waktu. Demikianlah Allah SWT menciptakan bintang-bintang yang menghiasi cakrawala yang tidak terhitung banyaknya, yang dapat dimanfaatkan manusia sesuai dengan keinginannya yang hendak dicapainya. Jika keinginan hendak dicapainya, itu adalah keinginan yang sesuai dengan keridhaan Allah SWT, tentulah Allah akan melapangkan jalan untuk tercapainya keinginan tersebut dan memberinya pahala yang berlipat ganda. Sebaliknya jika keinginan yang hendak dicapai itu adalah keinginan yang berlawanan dengan keridhaan Allah SWT., maka bagi mereka disediakan azab yang pedih.

@AhmadRofiudDarojat – IAT Semester 6

Explore More

Pemilu di Tengah Pandemi ? Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Oleh Fahrul Munir فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ

Idul Fitri di Tengah Pandemi, Nekat Silaturrahmi?

“Siro kabeh podhoho nyawijikake ing Allah, ojo podho nyekutukake opo-opo. Lan ambagusono marang wong tuo loro, kerabat-kerabat, anak yatim, wong-wong miskin, tonggo kang parek, (cepak, cedhak, caket), tonggo adoh, lan

Meraih Derajat Tinggi melalui Akal

Bukan orang pintar, bukan juga orang yang beruntung. Akan tetapi orang yang Bijak, dan Mau Berpikir yang dapat menikmati hidupnya. Hidup adalah berkah bagi kaum yang mau berpikir. Sudahkah Anda