Tafsir al-Ibriz adalah kitab tafsir yang ditulis oleh KH. Bisri Mustofa kurang lebih selama empat tahun yakni mulai dari tahun 1957-1960 dan selesai pada hari Kamis tanggal 29 Rajab 1379 H bertepatan dengan tanggal 28 Januari 1960 M di Rembang. Adapun sumber-sumber terjamah tafsir yang menjadi rujukan KH. Bisri Musthofa dalam penulisan tafsir ini yaitu dari kitab-kitab tafsir mu’tabaroh seperti Tafsir Jalalain, Tafsir Baidawi, Tafsir Khazin dan lain-lainnya. Isi tafsir ini awal mulanya menjelaskan kosa kata lalu menjelaskan asbab al-nuzul ayat tersebut, serta munasabah (hubungan) ayat-ayat al-Qur’an antara satu sama lain, juga merujuk pada dalil-dalil yang diterima dari Rasulullah, Sahabat, maupun Tabi’in dan terkadang diperkuat pendapatnya sendiri,  juga merujuk pada kisah-kisah israiliyyat. 

Surat Al-Kahfi turun di Makkah sebelum nabi hijrah ke Madinah yang terdiri dari 110 ayat. Kisah ashabul kahfi dalam surat Al Kahfi tertulis dari ayat ke 9 sampai ayat ke 26. Kisah ashabul kahfi yang sering diketahui banyak kalangan masyarakat adalah sekelompok pemuda yang tertidur didalam gua selama beratus-ratus tahun bersama dengan satu anjing yang menjadi salah satunya anjing yang mesuk ke syurga, arti kata al kahfi  adalah gua, namun kisah secara lengkapnya adalah sebagai berikut. Maka yang dimaksud dalam judul “the seven sleepers tersebut adalah ashabul kahfi”

Dikisahkan dalam tafsir Al Ibriz bahwa orang-orang nasrani ahli kitab Injil setelah ditinggalkan Nabi Isa semakin menjadi-jadi dengan bertambah banyaknya yang kembali menyembah berhala, bertepatan pada saat itu terdapat di suatu negara yaitu Rumania terdapat raja yang bernama Dikyanus. Raja Dikyanus penyembah berhala dan ia juga memerintahkan agar rakyatnya menyembah berhala dengan cara yang kejam, barang siapa yang tidak tunduk pada perintanya maka akan dibunuh. 

Lalu suatu saat raja Dikyanus keliling daerahnya dengan tujuan untuk mencari rakyatnya yang tidak mau menyembah berhala. Sesampainya ia di daerah Afsus tempat di mana ashabul kahfi berada, Raja Dikyanus mendengar bahwasannya masih ada  pemuda yang mengikuti agama dari nabi Isa, lalu raja memerintahkan prajuritnya untuk mencari dan menangkap  mereka, maka tertangkaplah mereka lalu dibawa kehadapan Raja Dikyanus. Raja berkata “hai pemuda pemuda, apa sebabnya kalian tidak mau menyembah seperti apa yang kami sembah? Sekarang pilihan ada pada kalian , mau mengikuti apa yang kami sembah, atau tetap pada agamamu lalu kalian kami bunuh? Silahkan pilihlah!”, pemuda yang paling tua diantara mereka menjawab “kami ini sesungguhnya telah mempunyai tuhan yang memiliki keagungan memenuhi langit dan bumi, kami semua tidak akan pernah menyembah selain Allah SWT, silahkan kami semua bersedia dengan apa yang engkau perbuat kepada kami”, setelah pemuda tersebut menyampaikan kata-katanya, Raja Dikyanus lantas memaksa para pemuda tersebut menanggalkan bajunya hingga mereka malah terlihat tampak terlihat mudanya dan kebagusannya sehingga membuat raja pun surut dari kemarahannya. Lalu  terbesit dalam hati Raja rasa belas kasih terhadap pemuda-pemuda ini hingga diberi waktu untuk berfikir sejenak untuk mempertimbangkan akankah ia mau mengikuti menyembah berhala atau tetap pada agamanya hingga jatuh tempo yang ditentukan untuk menghadap sang raja lagi. 

Saat Raja Dikyatus pergi meninggalkan kota, kesempatan yang bagus ini pemuda gunakan untuk bermusyawarah hingga menemukan tempat untuk bersembunyi di salah satu gua bertempat di gunung yang dekat dengan kota disebut Gunung Yanjalus. Pemuda-pemuda tersebut lalu membawa bekal seadanya, sebagian di shodaqohkan dan sebagian dibawa untuk bekal dibawa oleh Tamliko, sepanjang perjalanan mereka diikuti oleh anjing, anjing tersebut telah diusir berkali-kali namun tetap saja mengikuti.

Setelah beberapa tahun lamanya mereka tertidur didalam gua tersebut, Raja Dikyanus yang kejam tersebut mati dan para pengikutnya pun ikut mati, kaum kaum nya semakin lama semakin habis dan keadaan pun semakin lama semakin berubah dikira kira 300 tahun semenjak ashabul kahfi tertidur didalam gua tersebut. Negara ini telah dikuasai oleh Raja Baydarus yang soleh, pada zaman inilah ashabul kahfi dibangunkan dari lelapan tidurnya, lalu Tamliko setelah beranjak dari tidurnya dan ia keluar ke pasar untuk membeli makanan karena ia yang membawa barang bekal tersebut, namun betapa ia terkejut karena melihat negaranya yang sudah amat berubah dan uang yang ia pegang sudah tidak laku lagi untuk diperjualbelikan. Setelah Raja Baydaru mendengar kabar tersebut, para ashabul kahfi dibawa ke hadapan beliau sehingga membuat beliau sangat bangga dan terkagum-kagum membuat satu negara ramai dengan kabar bahwasannya ada hal yang aneh yaitu orang yang mati dapat hidup lagi setelah beratus ratus tahun. Karena hal aneh tersebut mereka para masyarakat  bertambah yakin atas kekuasaan Allah SWT dan semakin percaya akan datangnya hari Ba’ts, Wallahu a’lam.

Penafsiran KH. Bisri Mustofa terhadap Ashabul Kahfi yang dijelaskan dalam surah QS. al-Kahfi ayat 22 yang berbunyi :

سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ ۖ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا

Wong-wong kang podo ngerembuk kisahe Ashabul Kahfi podo suloyo. Bakale ono golongan kang podo ngucap yen Ashabul Kahfi iku wong telu nomer papate asune (dadi papat karo asune). Lan ono golongan kang ngucap limo, nenem karo asune. Karo-karone iku namung penyono, nyono-nyono barang samar. Lan ono golongan kang ngucap (yoiku golongan wong mukmin) pitu, wolu karo asune. Dhawuhe Muhammad Pengeran Ingsun dhewe kang perso itungane Ashabul Kahfi. Ora weruh Ashabul Kahfi kejobo sitik. Mulo siro ojo mbantah perkoro Ashabul Kahfi. Kejobo mbantah kang ora jero-jero. Lan siro ojo njaluk fatwa bab perkorone Ashabul Kahfi bae saking Ahli Kitab (Yahudi)

 (Faidah) ashabul kahfi pitu mau, asmaasmane kaya kang kasebut ngisor iki: (1) Maksalmina (2) Talmikha (3) Martunus (4) Nainus (5) Sayarulus (6) Dzutuanus (7) Palyastatyunus, Nili Asune Aran (8) Qitmir. Sakweneh ulama kuno ana kang ngendiko (emboh dasare) anak-anak iro wulangen asma-asmane Ashabul kahfi jalaran setengan sangkeng kasiate, yen asma-asmane Ashabul Kahfi, iku ditules ana ing lawange omah aman sangkeng kobong, ditulis ana ing bondo, aman sakeng kemalingan, ditulis ana ing prahu, aman sengkekng kelem, kabeh mau Biidnillah Ta’ala Karomatan Liashabi al-Kahfi. Sedulur kang kepingin pirso jembare diaturi mirsani ana ing jamal tafsir ala al-Jalalain juz 3 shahifah nomer 17.

Penafsiran KH. Bisri Mustofa tentang nama Ashabul Kahfi yang menurutnya nama-nama Ashabul Kahfi tersebut jika ditulis dalam sebuah lembaran dan kemudian di tempelkan dipintu rumah, maka rumah tersebut akan terjauhkan dari kebakaran, dan jika nama-nama tersebut ditulis di harta seperti uang atau apapun bentuk harta bendanya, maka harta tersebut tidak akan hilang, dan jika ditulis di perahu, maka kapal tersebut tidak akan tenggelam.

Penafsiran KH. Bisri Mustofa tersebut tentu mempunyai fungsi implikatif yang terkait dengan masyarakat  dengan penggunaan lembaran-lembaran yang ditulisi namanama Ashabul Kahfi bisa menjadi kekuatan yang menghadirkan karomah sehingga mampu terhindar dari bala’ atau bencana. Menurutnya bahwa israiliyyat dapat digunkan sebagai alat mentafsirkan Al Quran dikarenakan tidak bertentangan dengan Al Quran, akan tetapi periwayatan tersebut beliau tidak menyertakan sumber sebingga tidak diketahuinya status hadist tersebut. Dan telah banyak terjadi kontroversi dikalangan ulama dalam penafsiran Al-Quran dikarenakan ayat yat israiliyyat seperti yang terdapat pada tafsir al ibriz ini.

@Anis wahyuningtyas – Semester 6

Explore More

Menghamba Pada Tuhan

Menghamba pada Tuhan Oleh: M. Atho’illah Naufal بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “iyo bener pancen, sopo wong kang

LOMBA DENGAN PEMUNGUTAN UANG

Perlombaan dalam  Islam disebut dengan istilah “Jual” dan hukumnya boleh. Pada hakikatnya praktek Ju’al (perlombaan) adalah seseorang mengumumkan kepada khalayak bahwa siapa yang bisa menang dalam mengikuti perlombaan ini akan

Sikap Terhadap Anak Yatim Dan Orang Miskin Dalam QS. Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Ibriz

“Opo siro weruh wong kang nggorohake agomo..?Nggorohake anane hisab lan wewales..?Yen ora weruh yoiku lho, wong kang nolak kanthi kasar marang anak yatim kang njaluk bandhane dhewe, lan ora gelem