Banyak di era sekarang orang-orang yang tidak mengharagai waktu dengan baik. Contoh bermain game sampai lupa melakukan kewajibannya. Lantas bagaimana pesan-pesan Mbah Bisri musthofa dalam mengharagai waktu?
QS. Al-Asr ayat 1-3 Firman Allah SWT mengatakkan bahwa manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang mampu melakukan amal shaleh dan menepati kesabaran.
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
Iku surat Makkiyah ayate namaung telu. (1-2-3) Demi mongso, utowo demi waktu sore, temenan menuso iku podho kapitunan, kejobo wong-wong podho iman lan amal sholih, kang ora podho kapitunan, mulo siro kabeh podhoho weling-welingan netepi iman, lan siro kabeh podhoho welingan-welingan sabar ngelakoni taat lan sabar ngadohi maksiat.
Dalam karaya tafsir Al-Ibriz Li Turjuman Ma’rifati Tafsir Al-Quran Al-Aziz merupakan tafsir berbahasa jawa bermakna gandul atau istilah pesantren disebut dengan makna pegon. Sebagaiman kajian yang telah ada sebelumnya, kajian tafsir ini mengacu pada khazanah tafsir aksara melayu jawi yang bercirikan khas pondok pesantren. Disebabkan karena adanya pengaruh sang penafsir dari lingkungan, sosial budaya masyarakat pesantren yang mengitarinya.
Langkah-langkah penafsiran KH. Bisri Musthofa bisa dikatakan sangatlah sederhana sehingga memudahkan untuk pelajar memahami pesan-pesan kandunagan Al-Quran. Untuk menyelesaikan tugas Tafsir nusantara yang berbaur penafsir nusantara, saya mengakaji surat Al-Asr ayat 1-3 tentang bagaimana setiap manusia mampu menjalankan waktu dan amal dalam keseiringan waktu dan tempat.
Dalam penafsiran Qs. Al-Asr 1-3 masih menggunakan metode ijmali dan bahakan masih menggunakan terjemahan secara tekstual dari Bahasa Arab ke Bahasa Jawa. Dalam surat ini berisi sumpah Allah pada adanya kepastian bahwa manusia akan mengalami kerugian atas apa yang ia perbuat.
Kecuali bagi orang-orang yang beriman yang menyakini setiap risalah yang dibawakan oleh Rasulullah SAW, serta manusia yang senantiasa selalu melakukan amal-amal shaleh sebagai cerminan iman, saling mengingatkan antara seorang muslim satu dengan yang lainnya lagi yang beraromkan kebaikan, dan menujukkan nilai-nilai Islam yang berbentuk sebuah kesabaran, karena sabar merupakan salah satu bentuk untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi dari apa yang sebelumnya.
Manusia tidak dapat melepaskan diri waktu dan tempat dimana pun itu berada, karena mereka mengenal masa kini, sekarang, dan masa depan.
Kesadaran manusia akan waktu tidak terlepas dari peredaran matahari, bulan, tahun, hari dari segi perjalannya atau dari pagi yang dipergunakan untuk berlomba-lomba mencari kesibukan berniatkan kepada Allah SWT sedangkan malam dipergunakan untuk beristirahat dari waktu malam yang begitu singkat.
Memanfaatkan waktu merupakan salah satu amanat perintah Allah yang sangat dianjurkan oleh setiap manusia. Bahkan, manusia dituntut untuk mengisi setiap waktu dengan amal-amal shaleh, karena manusia didalam muka bumi ini sudah diperintahkan untuk beramal shaleh. Agama melarang mempergunakan waktu untuk hal-hal yang bermain-main atau mengabaikan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi diri setiap manusia.
Waktu dan amal tidak dapat dipisahkan, Keduanya saling bertalian satu sama lain. Waktu adalah untuk beramal dan amal untuk mengisi waktu. Amal akan berguna bila dilaksanakan sesuai dengan waktunya, Sebaliknya waktu akan berguna jika diisi dengan amal. Pada saat ini dilihat dari sebuah realita bahwa masih banyak diantara orang-orang yang mengambinghitamkan waktu atau menyalahi waktu ketika megalami sebuah kegagalan dalam mendapatkan sesuatu. Islam tidak mengajarkan setiap hambanya untuk mengenal waktu sial maupun waktu untung. Sial dan untung sangat ditentuukan oleh baik tidaknya usaha seseorang, karena waktu memiliki sifat netral dan tidak berpihak kepada siapapun itu.
Namun, manusia seringkali tidak mensyukuri waktu yang telah diberikan padanya, masih banyak menyia-nyiakan waktu tersebut dengan menggunakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Berikut ini beberapa cara untuk mengatur atau memanajemen waktu, agar setiap manusia mampu menjalankan hidupnya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT: 1) Hilangkan kebiasaan menunda-nunda umtuk melakukan hal yang baik 2) Mendahulukan yang wajib daripada sunnah 3) Selesaikan pekerjaan tepat waktu 4) Buat batasan waktu 5) Meninggalkan aktivitas yang tidak bermanfaat 6) Membuat jadwal kegiatan dengan sistematis 7) Kurang bersantai-santai seperti mainan Handphone 8) Jangan terjebak dalam masa lalu 9) Belajar fokus pada sesuatu untuk meraih impian 10) Niatkan berubah untuk menjadi lebih baik karena Allah SWT.
Manusia sebagai insan al-kamil merupakan salah satu makhluk Allah SWT yang sangat istemewah diantara lainnya, sebab manusia dikarunia akal-pikiran untuk digunakan hal-hal yang baik untuk dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Dan bagaimana waktu dapat mengantarkan pada diri sesoarang melakukan sesuatu hal-hal yang bersifat positif. Mereka yang seperti ini memiliki karakteristik yakni orang-orang yang mampu meneguhkan keyakinan terhadap Allah SWT dan segala ketentuannya, orang-orang yang selalu membiasakan dirinya untuk melakaukan kebaikan, dan orang-orang yang selalu berwasiat pada kebenaran dan kesabaran.
Pemanfaatan Waktu Dalam Tafsir Al-Ibriiz
21/02/2020
0 Comments
Explore More
KARAKTERISTIK MUKMINUN, MUNAFIQUN, DAN KAFIRUN BERDASARKAN TIGA SURAT DALAM AL-QUR’AN: TELAAH TAFSIR AL-IBRIZ
Kata mukminun, kafirun dan munafiqun sangat sering muncul dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan secara detail mengenai pengertian dan tanda-tanda dari ketiga kata itu dalam surat tersendiri. Hal ini menandakan bahwa tiga
MAKNA ISLAM DALAM PRESPEKTIF AL-QURAN: Tlaah Kitab Tafsir Al-Misbah
Septy Khoirunnisak Apakah sebenarnya Islam itu? Sebuah pertayaan yang cukup ringkas namun membutuhkan jawaban dari beberapa sudut pandang. Karena makna Islam ini berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Sehingga membutuhkan
Sabar Tanpa Batas (Perspektif tafsir al-Ibriiz)
Sering kita dengar bahwa sabar itu memiliki batas, atau bahkan kita pun memiliki prinsip demikian, yakni sabar ada batasnya. Perlu kita ketahui bahwa sabar dan menyerah hampir memiliki respon diri