Oleh Soheb Nur hafid IAT 5B

Jika kita membahas mengenai kematian tentu dapat mengingatkan akan amal perbuatan yang telah diperbuat selama ini. Apakah amal perbuatan kita sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, atau masih kurang sesuai, atau bahkan malah melenceng. Pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab oleh orang yang bersangkutan,karena yang mengetahui bagaimana perbuatan selama hidup hanyalah diri sendiri dengan Allah. Kapan saja tersebut datang hanyalah Allah yang mengetahuinya, tugas seorang hamba bukan mencari tahu kapan diamati, tetapi tugas hamba hanya mempersiapkan bekal yang dibawa ketika mati. Terlepas dari pertanyaan kapan manusia akan mati sudah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya.

Allah berfirman dalam al-Qur’an suratali-Imran (3): 145. Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir (potongan ayat) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”Kematian tidak akan mendatangi manusia manapun melainkan kematian yang sesuai dengan ketentuan Allah terhadapnya. Jadi jika seorang manusia tertimpa musibah berupa kecelakaan dan Allah masih menghendakinya hidup maka dia akan tetap selamat walaupun terjadinya kecelakaan tersebut sangat buruk. Bahkan jika terdapat manusia berusaha membunuh dirinya sendiri, manusia tersebut tidak akan mati jika Allah belum menakdirkan dia mati. Tetapi jika Allah sudah menakdirkan seorang manusia kedatangan ajal, maka suatu kejadian kecil pun dapat merenggut nyawanya, bahkan dalam keadaan tidur.

Dijelaskan juga dalam al-Qur’an surah al-An’aam (6): 2. Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa Allah berfirman: هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن طِينٍ“Dialah yang menciptakan kalian dari tanah”.Maksutnya adalah Allah menciptakan manusia pertama yaitu Nabi Adam dari tanah, dan dari Nabi Adam hingga menyebar dari daerah timur serta barat. Lanjutan firman Allah: ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِندَهُۥ “Sesudah itu ditentukan-Nya ajal, dan adalagi suatu ajal yang di tentukan yang ada di sisih-Nya.” Menurut dari pendapat al-Hasan al-Basari bahwa yang dimaksud dengan ajal yang pertama adalah masa manusia diciptakan oleh Allah sampai manusia tersebut meninggal dunia. Sedangkan ajal yang kedua berupa mulai dari manusia meninggal dunia sampai dibangkitkan dari kubur. Kelanjutan firman Allah: ثُمَّ أَنتُمْ تَمْتَرُونَ“Kemudian kalian masih ragu-ragu.” Yang dimaksut ragu dalam ayat ini adalah orang-orang yang masih meragukan akan datangnya hari kiamat.

Dijelaskan juga dalam al-Qur’an surat al-A’raf (7): 34. Allah berfirman: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ“Tiap-tiap umat memiliki.” Maksutnya adalah setiap umat manusia yang berada di dunia ini pasti memiliki kurun serta memiliki keturunannya itu anak dan cucu serta seterusnya. Firman Allah: أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ“Batas waktu tertentu. Jika telah datang kepada mereka waktu tersebut.” Maksutnya yaitu batasan waktu yang telah ditentukan oleh Allah untuk hamba-hamba yang hidup di dunia. Firman Allah: لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ“Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sedikit pun dan tidak dapat pula memajukannya”.

Dijelaskan juga firman Allah dalam al-Qur’an surat Yunus(10): 49. Potongan ayat: لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ“Tiap-tiap umat mempunyai ajal.” Maksutnya adalah setiap umat manusia generasi dari generasi sudah ditentukan batasan umur oleh-Nya, ajal pasti akan mendatangi semua manusia yang hidup sesuai ketentuan dari Allah. Lanjutan dari ayat ini sama seperti ayat yang sudah disebutkan sebelumnya yakni: “Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sedikitpun dan tidak dapat pula memajukannya”.

Dari sedikit penjelasan di atas sudah dapat kita ketahui bahwa setiap manusia yang hidup pasti akan mati, bahkan bukan Cuma manusia saja yang memiliki ajal melainkan segala sesuatu yang bernafas pasti akan mati. Perlu diingat kembali bahwa ajal setiap mahluk hidup pasti sudah ditentukan oleh Allah, dan waktu datangnya ajal tersebut hanyalah Allah yang mengetahuinya. Tidak ada seorang hamba pun yang mampu menolak datangnya ajal yang sudah ditentukan oleh Allah, juga tidak dapat memajukan kedatangan ajal tersebut. Kita sebagai hamba Allah tidak perlu memikirkan kapan datangnya ajal, tetapi yang harus kita fikirkan adalah persiapan untuk menerima ajal, persiapan bekal untuk dibawah kehidupan selanjutnya yakni akhirat.

Wallahua’lambishawab.

Explore More

Berlebihan dalam Beragama (Ghuluw)

Oleh Siti Lailatul Fitria Melakukan segala sesuatu dengan berlebihan tentu bukanlah suatu perbuatan baik. Dalam Islam disyari’atkan kepada umatnya untuk menjalankan suatu hal dengan seimbang, menengakkan sesuatu dengan takaran yang

MAKNA MEMBERI DALAM SURAT AL-ISRO’ AYAT 26 (Menurut Bisri Mustofa Dalam Tafsir Al-Ibriiz)

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا “Wong-wong kang ndueni famili wenehono hak-hak e, koyo nafaqoh, shodaqoh utowo liyane. Lan ugo wong miskin lan anak dalan. Lan

Surah Al-Mulk, Penjaga Tidur bagi Sang Pembaca

Al-Quran merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam. Segala perintah dan juga larangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala terpampang dalam kitab Al Quran. Sebagai umat yang beriman