Islam merupakan agama rohmatan li al-alamin, sehingga memandang masalah kemiskinan ini adalah masalah yang wajib diperhatikan, bahkan Ali bin Abi Talib berkata “Seandainya kemiskinan berwujud manusia, niscaya aku akan membunuhnya”, sedemikian penting masalah kemiskinan ini, karena jika kemiskinan merajalela, akan banyak kerusakan dan kehancuran di muka bumi ini, akan banyak kejahatan akibat penderitaan dari kekurangan, penanggulangan kemiskinan dilakukan dalam rangka menyelamatkan aqidah, akhlak dan laku perbuatan, memelihara kehidupan rumah tangga, dan melindungi kestabilan dan ketenteraman masyarakat, di samping mewujudkan jiwa persaudaraan antara sesama anggota masyarakat. Islam memberikan solusi agar manusia giat bekerja dan berusaha untuk kehidupannya agar tidak terjerumus ke lembah kemiskinan, serta menganjurkan umatnya untuk peduli kepada sesama serta senang memberikan bantuan kepada saudara-saudara yang membutuhkan.

Kata miskin berasal dari bahasa Arab yang asal katanya adalah “sakana” yang berarti diam atau tenang, atau berarti juga lawan dari goncangan dan gerak, atau diamnya sesuatu setelah bergerak: bertempat tinggal. Kata sakana yaskunu jika dihubungkan dengan al- dar berarti mendiami atau menempati. isim fa‟il dari sakana adalah sakinun yang jamaknya adalah sukkanun dapat berarti yang tenang, yang diam, atau penduduk. Kata miskiin dalam al- Qur‘an ditemukan dengan berbagai macam bentuk. Adapun beberapa ayat dalam kitab al-ibriz diantaranya yakni :

وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَۙ

“dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.” (QS Al- Muddatsir: 44).

“Lan ingsun ora tau meneihi mangan wong-wong miskin.”

Surat Al- Mudatsir terdiri dari 56 ayat dan tergolong kedalam surat makiyah. Diturunkan sesudah surat Al- Muzammil. Dinamai Al- Mudatsir (orang yang berkemul) diambil dari perkataan Al- Muddatsir yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Dalam tafsir al- Ibriz maksudnya adalah bahwa ayat ini berisi tentang keterangan salah satu perbuatan yang mengakibatkan seseorang masuk kedalam neraka, yaitu: tidak memberi makan kepada orang-orang miskin. Adapun perbuatan apa saja yang mengakibatkan seseorang akan masuk neraka yang dijelaskan didalam surat Al- Muddatsir ialah karena semasa hidupnya ia tidak mengerjakan sholat, tidak memberi makan kepada orang-orang miskin, dan orang-orang yang suka membicarakan hal-hal yang bathil, tidak mempercayai adanya hari akhir sampai kematian datang. Keterangan tersebut terdapat dalam surat Al-Muddatsir pada ayat 42 sampai dengan ayat 47.

وَلَا يَحُضُّ عَل طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ

“Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang Miskin”.  (QS Al- Haqqah: 34).

“Lan ora nganjurake awake dewe lan ugo ora nganjurake wong liyo, tumerep aweh mangan marang wong miskin.”

Surat ini terdiri atas 52 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyah, diturunkan sesudah surat Al- Mulk. Nama Al- Haaqqah diambil dari kata Al- Haaqqah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya hari kiamat. Dalam tafsir al- Ibriz ayat ini Jika di artikan kedalam bahasa Indonesia maka akan berbunyi dan tidak menganjurkan kepada diri sendiri dan juga tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberikan makan kepada orang miskin. Ayat ini tidak bisa berdiri sendiri, jadi untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, harus melihat ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.

Dilihat dari dua ayat sebelum dan sesudahnya, ayat ini menggambarkan ciri-ciri orang yang mendapatkan hisab melalui tangan kirinya, dan hal itu merupakan sesuatu yang sangatlah buruk. Menurut surat ini orang yang mendapat hisab melalui tangan kirinya ialah orang yang pada semasa hidupnya ia tidak beriman kepada Allah SWT, dan tidak menganjurkan kepada diri sendiri maupun orang lain untuk memberi makan kepada orang miskin. Adapun situasi yang digambarkan oleh orang-orang yang melakukan hal tersebut didalam neraka yakni, akan dibelenggu tangannya ke lehernya, kemudian akan dimasukkan kedalam api neraka yang menyala-nyala, dan akan dibelit dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta, didalam neraka ia tidak akan mempunyai seorang temanpun pada hari itu, dan tiada pula makanan baginya selain dari darah dan nanah.

وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ

“Dan kamu tidak pernah mengajak memberi makan orang miskin.”  (QS. Al-Fajr:18)

“Mbok iyo ojo ngono ! (jeneng dimulyaake iku sejatine wong kang keparingan biso taat. Lan kang jeneng di ino iku wong-wong ahli ma‟siyat). Nanging wong-wong kafir makkah ora podo nggubris balik malah ora podo mbeciki marang anak-anak yatim, ora podo nganjurake awake dewe lan wong liyo supoyo aweh mangan wong-wong miskin, kelakuane podo doyan mangan warisan kanti serakah (yo iku mangan bondo warisan kang mestine tibo wong-wong wadon lan bocah-bocah) lan podo demen bondo kelawan demen kang kebangeten (nganthi ora gelem infaq babar pisan).”

Surat ini terdiri atas 30 ayat, termasuk golongan surat-surat Makiyyah, diturunkan sesudah surat Al- Lail. Nama Al- Fajr diambil dari kata Al- Fajr yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya fajar. Ayat ini mengandung hikmah tentang bagaimana kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allah Swt, dan pada ayat ini K.H Bisri Mustofa menjelaskan tentang kemuliaan seorang hamba kepada Allah Swt, dan juga kehinaan dari Allah, sebab ia tidak taat kepada Allah.

Jadi, maksud dari ayat-ayat di atas sangatlah senada. Dalam ayat ini kita dianjurkan untuk mempunyai kesadaran diri untuk berlaku baik terhadap orang-orang miskin dan anak yatim dan juga dianjurkan untuk saling nasihat-menasihati untuk memberi makan kepada orang-orang miskin dan para anak yatim.

@Nor Aini Jamalia – Semester 6

Explore More

INTERPRETASI SALAM DALAM AL-QUR’AN: TELAAH TAFSIR AL-IBRIZ

Islam adalah agama yang mendambakan akan memperbaiki, dengan ucapansalam seseorang dapat menghayati bahwa suatu kedamaian yang didambakan untuk diri sendiri, melainkan juga orang lain. Perdamaian merupakan ciri utama dari agama

Penafsiran QS. Muhammad ayat 25

OLEH FUADAH KHUMAIROH ALKHAFIDZOH   Ayat yang ke-25 ini termasuk salah satu dari tema “Petunjuk ditambah dengan petunjuk”, yang mana kelanjutan tema dari ayat yang sebelumnya yakni ayat yang ke-16.

KERAJAAN ALLAH SWT YANG TERMAKTUB DALAM SURAT AL-MULK AYAT 1-5

Sayyid Quthub berpendapat bahwa surah al-Mulk ini bertujuan menciptakan pandangan baru bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungannya dengan Tuhan pencipta wujud. Gambaran menyeluruh melampui alam bumi yang sempit dan