Zunita Lut Fiana Pangesti IAT 5B

 
Saat ini kita dapat melihat kemerosotan moral di kehidupan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat telah kehilangan identitas dirinya. Atas dasar tersebut, maka upaya menegakkan kembali nilai-nilai moral yang terkandung dalam Al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat menjadi sangat penting.
Secara garis besar konsep pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an meliputi: (1). Tauhid/aqidah (akhlak kepada Allah), yaitu menanamkan keimanan kepada Allah SWT, (2). Birr al-Walidain (akhlak kepada keluarga),yaitu masalah penghormatan anak kepada orang tua, (3). Ibadah (akhlak kepada diri sendiri), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ibadah atau amal-amal saleh,(4). Mu’amalah (akhlak kepada manusia), yaitu hubungan dengan manusia dan lingkungan.
Pembahasan yang pertama adalah tentang tauhid/aqidah (akhlak kepada Allah). Tauhid yaitu menanamkan keimanan kepada Allah SWT. Dapat kita lihat dalam Q.S. Luqman ayat 13.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’.”
 
Dari ayat tersebut, kita dapat melihatnya sehat yang penuh hikmah yang diberikan oleh Luqman terhadap anaknya adalah jangan berlaku syirik. Penekanan dari aspek tauhid pada ayat tersebut adalah untuk tidak menyekutukan Allah dengan yang lain atau syirik. Menurut Muhammad Abduh, tauhid yaitu membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap padanya, sifat-sifat yang boleh disifati kepadanya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari padanya. Juga membahas tentang para rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.[1]
Setelah menanamkan akhlak baik dengan Allah, pendidikan akhlak selanjutnya adalah memperhatikan hubungan baik dengan kedua orang tua, sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Luqman ayat 14.
 

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَإِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”
 
Allah memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya. Sebab dengan melalui jalan orang tua itulah manusia dilahirkan ke muka bumi. Sebab itu sudah sewajarnya jika keduanya dihormati.  Dalam Islam diajarkan bahwa hidup didunia adalah buat beribadat kepada Allah, buat berterima kasih. Dan buat jadi khalifah. Semuanya tidak dapat dilaksanakan kalau kita tidak lahir ke dunia. Sebab itu hormatilah ibu bapak yang tersebab dia kita telah dimunculkan oleh Allah ke dunia.[2]
Setelah tauhid dan birr al-walidain, pendidikan akhlak selanjutnya ialah ibadah (akhlak kepada diri sendiri), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ibadah atau amal-amal saleh. Salah satu ayat yang dapat kita jadikan hujjah adalah Q.S. Luqman ayat 17,  sebagaimana apa yang dinasehatkan Luqman kepada anaknya.
 

يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
 
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Wajiz menafsirkan ayat tersebut sebagaimana berikut:“Kemudian berkata Lukman kepada anaknya: Wahai anakku, tegakkan shalat pada setiap waktunya, sempurnakan rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya, kerjakan yang baik-baik dan jauhi kemunkaran karena ketahuilah, engkau akan ditimpa kejelekkan karena sebab hal itu, sabarlah bagimu dalam mengerjakan hal itu (perintah Allah dan menjauhi larangannya). Ketahuilah bahwa ketaatan yang tersebut kan dari perintah-perintah untuk ber azzam atas amalan-amanlan tersebut, dan perhatian atas amalan itu serta menjalankannya kecuali dikerjakan oleh ulul azmi (para Nabi yang 5) dan pemilik cita-cita yang tinggi.”[3]
Menurut Hamka inilah modal hidup diberikan Luqman kepada anaknya dan dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh Muhmmad kepada Ummatnya.[4]Maka dari itu penanaman ibadah di tengah masyarakat dinilai sangat penting untuk memperbaiki kemerosotan moral masyarakat.
Pembahasan yang terakhir adalah pendidikan akhlak yang tidak kalah penting, yaitu mu’amalah (akhlak kepada manusia) atau hubungan dengan manusia dan lingkungan. Untuk hal ini kita bisa menjadikan surah Luqman ayat 18 dan 19 sebagai hujjah. Kedua ayat ini khusus membahas tentang akhlaq, bagaimana bersikap dalam berkomunikasi, kesombongan, bagaimana berjalan dan berbicara yang baik.
 

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Q.S. Luqman ayat 18).
 
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa tolak ukur akhlak baik dalam bergaul dengan masyarakat dalam surat Luqman ayat 18 yakni Luqman menasihati dan mendidik anaknya agar jangan memalingkan muka di saat berbicara dengan orang lain atau saat mereka berbicara kepadamu, jangan pernah menganggap mereka remeh dan bersikap sombong kepada mereka. Luqman juga menasihati anaknya dengan anjuran untuk selalu bersikap lemah lembut, berwajah ceria ketika bertemu, bergaul, berkomunikasi dengan mereka.[5]
Dan selanjutnya yakni firman Allah dalam suratLuqman ayat 19.
 

وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunak kanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
 
Ibnu Katsir menafsirkan makna sederhana dalam berjalan, maksudnya berjalanlah seseorang dengan langkah yang biasa dan wajar, jangan pula mengeraskan suara terhadap hal yang tidak ada faedahnya. Suara yang paling buruk adalah suara keledai, yakni suara yang keras dan berlebihan itu diserupakan dengan suara keledai dalam hal keras dan nada tingginya. Adanya penyerupaan dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut diharamkan dan sangat dicela.[6]
Demikianlah beberapa pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang bisa kita upayakan untuk memperbaiki kemerosotan moral di tengah masyarakat, diawali dengan pengajaran di lingkungan keluarga, pendidikan, bahkan masyarakat.


[1]MuhammadAbduh, RisalahTauhid, Cet. 1, (Jakarta:BulanBintang, 1989),hlm.7.
[2]Hamka, Tafsir al-AzharJilid7 , Cet. Ke-2, (Singapura: Pustaka Nasional,1993), hlm. 5567.
[3]Tanpanama, “Surat Luqman Ayat 17”, diaksesdarihttps://tafsirweb.com/7501-quran-surat-luqman-ayat-17.html, padatanggal24 November 2020, pukul21.47
[4]Hamka, Tafsir al-AzharJilid7 , Cet. Ke-2,…, hlm. 5570.
 
[5]AbilfidaIsma‟il bin katsirAddamasyqiy, Tafsir Al-Qur’anulAdhimIbnuKatsir, Juz 3, (Singapura: kutanahazupinag, tt), hlm. 446.
[6]Ibid.

Explore More

Meraih Derajat Tinggi melalui Akal

Bukan orang pintar, bukan juga orang yang beruntung. Akan tetapi orang yang Bijak, dan Mau Berpikir yang dapat menikmati hidupnya. Hidup adalah berkah bagi kaum yang mau berpikir. Sudahkah Anda

Surah Al-Mulk, Penjaga Tidur bagi Sang Pembaca

Al-Quran merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam. Segala perintah dan juga larangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala terpampang dalam kitab Al Quran. Sebagai umat yang beriman

Konsep Iman yang Terkandung dalam Al- Qur’an

Miftachul Jannah   إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ (4) الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (3) أُولَٰئِكَ