oleh miftakhul jannah

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

  1. MUQADDIMAH

            Ketenaran Nabi Muhammad SAW tidak hanya tersebar di bumi, tapi juga di langit dan alam semesta. Ia adalah makhluk yang paling mulia dari sekian banyak makhluk Allah Swt. Ketika Nabi Adam as diciptakan, nama Muhammad SAW sudah terukir di pilar- pilar surga, dan bersanding dengan nama Allah SWT Sang Maha pencipta. Bahkan Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat termasuk sunah Nabi Muhammad SAW yang sangat dianjurkan dan mengandung berbagai macam keutamaan jika dilaksanakan, dan sholawat sendiri merupakan do’a dan pujian untuk Nabi SAW.

            Pada ayat ini Allah SWT seakan-akan berfirman, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa dan demikian pula malaikat-malaikat-Nya yang merupakan makhluk- makhluk suci, sangat cinta dan kagum kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu Allah beserta para malaikat bershalawat untuk Nabi, yakni Allah melimpahkan rahmat dan aneka anugerah dan malaikat bermohon kiranya dipertinggi lagi derajat dan dicurahkan maghfirah atasnya.”

            Tujuan bershalawat ialah untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW. karena semakin sering bershalawat maka akan semakin cinta. Sebagaimana Hasan Musawa, dalam muqaddimah bukunya mengatakan: “Ungkapan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. dan keluarganya merupakan cerminan dari hubungan hamba dengan tuannya, tuan yang memiliki karunia dan hidayah Ilahi, yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah sebab penciptaan dan sebagai awal penciptaan, ciptaan paling afdal, dan sebagai perantara limpahan anugerah Allah”. Sehingga, bershalawat merupakan salah satu sistem ajaran Islam yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan pada masyarakat Islam pada umumnya dari dulu hingga sekarang.

  1. KONDISI TERKINI

            Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang bukan saja dituntut untuk tidak merendahkan Nabi Muhammad SAW, tetapi lebih dari itu, ia di dituntut untuk mengagungkan beliau dan mengakui jasa-jasanya, karena kalau kita tidak mampu mengakui dan memberi penghormatan kepada para tokoh yang berjasa atas izin Allah Swt, maka kepada siapa lagi penghormatan itu kita berikan?

            Umat Islam diberikan kewajiban untuk bershalawat untuk memohonkan kepada Allah SWT., agarsenantiasa mencurahkan rahmatNya kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bentuk balasan terhadap jasa-jasanya. Sebab, tidak ada manusia yang dapat mengalahkan perjuangannya dalam memperjuangkan agama Islam seperti yang kita anut sekarang. Perjuangannya itulah yang mesti dibalas dan dihargai, salahs atunya memohonkan berkah dan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW.

            Menurut Quraish Shihab ayat dan perintah Allah di atas sungguh unik. Karena tidak ada satu perintah pun dari Allah SWT kepada manusia yang Dia nyatakan bahwa diri-Nya telah melakukan hal tersebut kecuali bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini secara tegas menunjukkan bahwa kedudukan beliau sangat tinggi di sisi-Nya dan begitu besar cinta-Nya pada beliau.

  1. PENGERTIAN

            Kata shallu dalam ayat ini terambil dari kata shalah yang bermakna menyebut-nyebut yang baik serta ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan, dan tentu saja do’a dan curahan rahmat merupakan sebagian maknanya. Sedang kata sallimu terambil dari kata salam yang terdiri dari tiga huruf Sin, lam dan Mim. Makna dasar dari kata yang terangkai dari huruf-huruf ini adalah luput dari kekurangan, kerusakan dan aib.

            Ulama- ulama membahas hukum melaksanakan perintah Ilahi ini. Mereka menyatakan bahwa semakin banyak shalawat semakin baik. Dalam konteks ini Nabi Saw bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat, malaikat terus menerus bershalawat kepadanya selama orang itu bershalawat kepadaku. Maka silahkanlah memilih, persedikit atau perbanyaklah” (HR. Ahmad dan Ibn Majah melalui ‘Amir Ibn Rabi’ah).

            Di sisi lain, berdo’a dan memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW juga bertujuan sebagai pengajaran agar kita pandai berterima kasih kepada yang telah berjasa mengantar kita menuju ke pintu gerbang kebahagiaan dunia dan akhirat, sekaligus ia merupakan peringatan buat setiap orang agar tidak mengandalkan amal kebajikan yang telah dilakukannya. Karena seseorang tidak bisa masuk surga kecuali berkat rahmat Allah SWT.

            Dari penjelasan di atas, setidaknya ada tiga hal yang dapat disimpulkan, yaitu:

  1. Pertama, kedudukan rasul sangat tinggi dan cinta Allah SWT kepada rasul amatlah besar. Tidak ada seorangpun yang mengetahui seberapa besar cinta dan karuniaNya kepada beliau. Kita hanya mengetahui bahwa Allah Yang Maha Agung bershalawat atas dirinya.
  2. Kedua, para malaikat sebagai pelayan- pelayan Tuhan yang senantiasa taat, tunduk dan patuh kepadaNya turut serta bershalawat (mendo’akan) kebaikan Nabi Muhammad SAW meskipun beliau adalah makhluk terbaik yang pernah Allah SWT ciptakan dan memiliki budi yang luhur. Hal ini mengajarkan kita bahwa seorang Nabi yang ma’sum tetap perlu dido’akan, apalagi kita yang memiliki banyak dosa.
  3. Ketiga, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan diriNya dan malaikat- malaikat-Nya juga bershalawat kepada baginda. Perintah bershalawat memang tidak bersifat wajib, akan tetapi perintah ini merupakan salah satu perintah yang harus diprioritaskan karena adanya penekanan dari Allah Swt.

Explore More

KERAJAAN ALLAH SWT YANG TERMAKTUB DALAM SURAT AL-MULK AYAT 1-5

Sayyid Quthub berpendapat bahwa surah al-Mulk ini bertujuan menciptakan pandangan baru bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungannya dengan Tuhan pencipta wujud. Gambaran menyeluruh melampui alam bumi yang sempit dan

Konsep tentang Ibadur Rahman

Oleh laitsa Nailul   “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata

Sikap Terhadap Anak Yatim Dan Orang Miskin Dalam QS. Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Ibriz

“Opo siro weruh wong kang nggorohake agomo..?Nggorohake anane hisab lan wewales..?Yen ora weruh yoiku lho, wong kang nolak kanthi kasar marang anak yatim kang njaluk bandhane dhewe, lan ora gelem