إِنَّاۤ أَعۡطَیۡنَـٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ۝  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ۝  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ

“Setuhune ingsun wis maringi ing telogo kautsar, mongko sholato siro kerono pengeran lan nyembeliho siro, setuhune wong kang gething iku wong kang bunthung”. (Q.S Al-Kafirun: 1-3)

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Dibandingkan bulan yang lainya hanya bulan Dzulhijjah yang didalamnya terdapat empat jenis ibadah yang menghimpun beberapa ibadah yang tidak ada di bulan lainnya yakni, puasa, haji, shalat idul adha dan qurban.

Sebulan lagi kita akan mendapati bulan Dzulhijjah, oleh karena itu disunnahkan untuk beramal sebanyak-banyaknya salah satunya yaitu dengan berqurban dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada banyak cara untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada hambanya setidaknya ada dua cara mensyukuri nikmat Allah, yaitu mendirikan sholat dan berqurban. Sholat merupakan rangkaian ibadah yang diawai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, sholat dilakukan sebanyak lima kali dalam sehari.

 Shalat sendiri menyimbolkan dari kesalehan vertikal- ritual, sedangkan qurban menyimbolkan kesalehan horizontal-sosial. Ketaatan secara ritual saja tidak cukup, harus mempunyai dampak positif pada kesalehan sosial. Setelah melakukan ibadah sholat dan memasrahkan semua kepada Allah, seorang hamba berkewajiban untuk memberi kontribusi berupa kebaikan dan kemanfaatan bagi kehidupan sosial.

Surat Al-Kautsar dalam tafsir Ibriz ayat 1-3 menjelaskan mengenai bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah dan sampai kapanpun selalu ada orang yang benci kepada pembawa dan penegak kebenaran. Kitab Al-Ibriz karya KH. Bishri Mustofa menuturkan bahwa:

Naliko putro kakunge Kanjeng Nabi asmo Qosim kapundut, Al-ass bin Wail nuli anjuluki kanjeng Nabi, dijuluki Abtar kang coro jawane: Cures, ora nduwe turun kakung. Nuli Allah Ta’ala nurunake surat iki: ingsun Allah wus mutusake maringi siro ( Muhammad) keparingan telogo kautsar (kanggo sadiyan ngombene poro umat Muhammad ono ing waktu pakewuh besuk) siro sholato lan nyembeleho qurban. Sejatine wong kang nyengiti siro iku wong kang cures ora nduwe kebecikan.”

Dari penuturan KH Bishri diatas menjelaskan bahwa ketika putra laki-laki Nabi Muhammad yang bernama Qasim meninggal, Al-ass bin wail menjuluki Nabi dengan julukan Abtar, dalam istilah jawanya disebut cures atau tidak mempunyai keturunan laki-laki. Kemudian Allah menurunkan surat Al-Kautsar: bahwa Allah telah memberikan telaga kautsar (untuk persediaan minum umatnya Nabi Muhammad saat nanti di akhirat) maka sholatlah dan menyembelih qurban, karena orang yang membenci kamu itu sebenarnya tidak mempunyai kebaikan.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas, Nabi berkata bahwa Al-kautsar merupakan sungai yang telah dijanjikan oleh Allah, didalamnya terdapat banyak kebaikan, dan umatku akan minum darinya. Wadah minumnya (cangkir) sebanyak bintang. Hanya orang-orang yang beruntung kelak meminum air telaga kautsar, air ini memiliki khasiat yang luar biasa yakni dapat memenuhi kebutuhan semua manusia pertama hingga manusia terakhir dalam menjalani peristiwa di hari kiamat. Tetapi hanya orang-orang istimewa saja yang dapat meminum air telaga kautsar langsung dari tangan nabi Muhammad. Keistimewaan ini dapat diupayakan, para ulama menganjurkan untuk membaca doa setelah adzan dan menambahkan dengan doa sebagai berikut:

وَأَوْرِدْنَا حَوْضَهُ وَاسْقِنَا مِنْ يَدِهِ الشَّرِيْفَةِ شُرْبَةً هَنِيْئَةً مَرِيْئَةً لَا نَظْمَأُ بَعْدَهَا أَبَدًا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya, “Ya Allah, antarkan kami melewati telaga Kautsar milik Rasulullah SAW. Berikanlah kesempatan bagi kami meminum langsung dari tangan pemiliknya yang mulia seteguk air telaga yang lezat dan nikmat itu di mana kami selamanya takkan mengalami haus setelah meminumnya. Hai Tuhan yang maha pengasih.” ( Kitab Hasyiyatul Baijuri ala Syarhi Ibni Qasim Al-Ghazi).

Doa tersebut memang sengaja dibaca antara adzan dan iqomah karena waktu ini dianggap mustajab.

Surat Al-kautsar diantaranya memerintahkan Nabi untuk beribadah kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat. Kemudian memerintahkan untuk menyembelih hewan. Surat ini juga menjelaskan bahwa yang membenci Nabi yang disebut abtar yaitu terputus dari rahmat Allah dan dari segala  kebaikan.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah telah memberikan banyak nikmat kepada hambanya oleh sebab itu perbanyak melakukan kebaikan dan diniatkan untuk beribadah kepada Allah seperti shalat dan berkurban. Selain itu Allah juga memberikan air telaga kautsar kepada Nabi Muhammad untuk diberikan kepada umatnya di akhirat kelak.

@Lailatus Salamah – Semester 6

Explore More

BATASAN AURAT BAGI SEORANG WANITA MENURUT BISRI MUSTOFA

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ

CINTA DALAM Al-QUR’AN (Menurut Bisri Mustofa Dalam Tafsir Al-Ibriiz)

Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang diberi anugerah berupa cinta. Cinta yang diberikan Allah terhadap makhluknya merupakan bukti kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Cinta yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya hanyalah

Surah Al-Mulk, Penjaga Tidur bagi Sang Pembaca

Al-Quran merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman hidup bagi umat Islam. Segala perintah dan juga larangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala terpampang dalam kitab Al Quran. Sebagai umat yang beriman